Saat ini Indonesia menghadapi 3 masalah gizi secara paralel, atau triple burden of malnutrition yaitu masalah gizi lebih (overweight dan obesitas), kekurangan gizi (stunting/pendek dan wasting), serta defisiensi zat gizi mikro atau hidden hunger (anemia dan KVA). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi balita gizi buruk 3.9%, gizi kurang adalah sebesar 13.8%, gemuk 8%, pendek 19.3%, sangat pendek 11.5%, Selain itu hasil Riskesdas sebelumnya (Riskesdas 2013) menunjukkan 26.1% penduduk Indonesia tergolong aktivitas fisik kurang aktif. Masalah kekurangan vitamin dan mineral, berupa anemia masih terjadi pada 37% ibu hamil, 28.1% anak balita dan 26.4% anak usia sekolah.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam rangka mengatasi permasalahan gizi tersebut. Khusus untuk stunting, pemerintah telah menargetkan penurunannya menjadi 14% di tahun 2024 (RPJMN 2020 – 2024). Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019, diketahui bahwa prevalensi stunting masih mencapai 27.67%. Penanganan stunting menjadi sangat penting karena merupakan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk Indonesia, dan juga merupakan indikator penting dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkesinambungan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada tujuan kedua yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan, dengan fokus pada indikator 2.2.1 yaitu prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita.
Upaya percepatan penurunan stunting yang telah dilakukan pemerintah membutuhkan pendekatan intervensi yang komprehensif. Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) turut serta dalam mendukung percepatan penurunan stunting yang dilakukan oleh pemerintah. AIPGI telah menandatangi kerjasama dengan BKKBN dalam percepatan stunting pada Selasa, 12 Oktober 2021 yang dihadiri juga oleh 162 Program Studi Gizi dari seluruh provinsi di Indonesia secara daring melalui aplikasi zoom meeting. Selain AIPGI, Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (PERGIZI Pangan) Indonesia juga turut dalam kerjasama ini. AIPGI sebagai asosisasi yang menaungi pendidikan tinggi gizi di Indonesia tentunya memiliki sumber daya yang mencakup program studi S1, profesi Dietisien, S2, dan S3 di seluruh Indonesia yang dapat mendukung terlaksananya program percepatan penurunan stunting ini. Adanya kerjasama ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi perbaikan gizi di Indonesia.